Tuesday 20 December 2011

Film Murudeka 17805

Assalamualaikum Wr. Wb ..
Film ini TIDAK BOLEH DIPUTAR Di INDONESIA

Kontroversi 'Sang Juru Selamat'

Film "Murudeka 17805" ini mengundang kontrofersial bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di Jepang. Lantaran Jepang terlalu ditampilkan sebagai sosok pahlawan.

Title                  :     Film Murudeka 17805
Director            :     Yukio Fuji
Skenario           :      Ishimatsu Aibutsu
Writer               :     Yoshihiro Ishimatsu
Stars                 :     Miki Fujitani, Naoki Hosaka, Chieko Matsubara, Jundai Yamada, Lola Amaria
Produksi            :     Tokyo Film Production
Genres              :     Action | Drama | War | History
Language          :     Japanese, Indonesian
Budget              :     $15,000,000 (estimated)
Duration            :     122 min
Release Date      :     12 May 2001 (In Japan)
Filming Locations:     Indonesia
Quality               :     VCDRip

... Saya menghimbau agar bagian-bagian adegan film yang tidak patut atau berlebihan dapat dihilangkan. Khususnya adegan seorang nenek tua Indonesia mencium kaki tentara Jepang pada bagian awal film tersebut, yang merendahkan martabat dan melukai hati bangsa Indonesia ...

Demikian bunyi surat Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Soemadi D.M. Brotodiningrat, yang disampaikankan Maret silam kepada Katsuaki Asano, Presiden Tokyo Film Production. Tentunya kini kejengkelan Soemadi meluap. Itu lantaran film Merdeka yang diprotesnya tetap beredar di bioskop-bioskop Jepang tanpa menghilangkan beberapa bagian yang dianggap melukai hati bangsa kita.

Awal "geger" ini bermula dari Juni tahun 2000. Suatu hari, beberapa sineas Jepang mengajukan izin membuat film berjudul Merdeka 17805 atau Dokuritsu 17805 di Indonesia kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jepang. Mereka bekerja sama dengan Rapi film. Pihak kedutaan kemudian berpendapat bahwa ada beberapa bagian sinopsis yang kurang akurat dan harus diperbaiki. Perekaman film lalu dilaksanakan di Jakarta dan Yogya. Tapi kemudian, tatkala pihak KBRI diundang menghadiri preview pada Februari 2001, alangkah terkejutnya mereka melihat bagaimana film yang menonjolkan Jepang sebagai "Sang Juru Selamat".

Adegan penyambutan pendaratan pasukan Jepang di pantai Jawa, yang melukiskan seorang nenek tua (dimainkan oleh seorang ibu berumur 60 tahun di Kasongan, Yogya) mencium kaki serdadu Jepang sebagai mesias yang ditunggu-tunggu, dianggap keterlaluan. Memang ada ramalan terkenal dari Jayabaya tentang bakal datangnya orang-orang kuning. "Saya bilang ke sutradaranya, ramalan Jayabaya tidak menyebut Jepang juru selamat. Jayabaya hanya menyebut akan datangnya orang kate," kata Syahry Sakidin, Kepala Bagian Penerangan KBRI di Tokyo. Syahry melihat film ini cenderung bertendensi membangkitkan glorifikasi Jepang.

Bagaimana reaksi para penonton Jepang? Dengar pendapat dua orang kakek Jepang yang mengalami pahitnya Perang Dunia II. Watanabe, 90 tahun, ke kantor KBRI untuk menyampaikan bahwa adegan cium kaki itu sangat merendahkan martabat bangsa Indonesia. Ia berkata tegas: "Dame!" (Tidak boleh). Prof. Dr. Fukuoka, M.D., 90 tahun, salah seorang mantan dokter tentara Jepang di Sulawesi utara, yang dahulu memihak Indonesia dan kini Ketua Alumni Kursus Orientasi Indonesia (KOI ), juga sependapat. Warga Jepang ini mengatakan bahwa mereka khawatir, film itu akan membawa semangat militerisme bagi rakyat Jepang. Umumnya pemuda Jepang kini mengalami sindrom takut perang, sejak kekalahan Jepang atas pihak Sekutu "Ini keadaan yang lebih baik ketimbang militerisme yang membawa kehancuran," kata Fukuoka. Akan halnya seorang guru muda bahasa Jepang bernama Chie Kase, ia melihat di balik film ini adalah partai-partai sayap kanan yang selalu berusaha mencuci aib sejarah Jepang. Buktinya? "Koran Sankei Shimbun yang berhaluan kanan memuat resensi film itu sepanjang tiga halaman dalam bentuk iklan. Bukan tak mungkin nanti kelompok kanan membuat film-film sejenis di Cina, Korea, Myanmar, Filipina," demikian Chie Kase mengemukakan analisisnya.

Mengidentifikasi Jepang sebagai juru selamat memang sangat naif. Ucapan Lola di film saat melihat kekasih Jepangnya meninggal dunia sembari berteriak, "Jepang memang kalah perang tapi kamu menang," (lihat Merdeka Versi Fuji-San) memang terlalu simplistik dan murah meriah. Tapi apa benar sesungguhnya sutradara Fuji Yukio dan penulis skenario Ishimatsu Aibutsu sama sekali tak menghiraukan perasaan orang Indonesia? Sesungguhnya, sebelumnya, terlihat pada skenario asli yang menampilkan 10 adegan yang terlalu didramatisir, kesepuluh adegan itu dibuang.

"Adegan tokoh yang saya perankan ada yang seharusnya menangis-nangis meminta tentara Jepang segera berperang membantu Indonesia, dan itu akhirnya dilenyapkan," tutur Lola Amaria, satu-satunya aktris Indonesia yang berperan sebagai Suster Ariyati, yang berpacaran dengan Letnan Shimazaki. Sesungguhnya, dalam adegan itu ia harus merengek-rengek, berkata. "Ayolah, Shimazaki, kita perang. Kalau pemimpinnya tidak ada, kita akan kalah semua."

Sejarah memang berisi paradoks. Peran Jepang dan sikap Indonesia terhadap Jepang di masa itu tentunya tak bisa dibuat sebagai suatu sikap yang homogen. Apalagi mengingat begitu banyak catatan yang memperlihatkan sikap Sukarno terhadap romusha. Itulah sebabnya, membuat film dengan latar belakang sejarah akan selalu penuh dengan problem (masalah), terutama karena buku-buku sejarah sering melupakan sikap masyarakat yang luar biasa tertindas di masa pendudukan Jepang.

Akhir film itu mencapai tahun 2000. Di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Aryati mempersembahkan rangkaian bunga di atas dua kuburan serdadu Jepang. Aryati menyatukan tangan dan memberi hormat: "Di Indonesia, jiwa prajurit yang mengorbankan hidupnya dalam perang kemerdekaan akan naik surga, menjadi bintang yang dinamakan orang bintang kemerdekaan, yang akan membimbing kita," demikian bisiknya.

Adegan itu, bagi seorang nasionalis, mungkin menyesakkan dada.

Untuk men-download film ini Silahkan download lewat keempat link dibawah ini:
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15

Subtitle    :
- Indonesian
- English

Password    :    www.dvdlangka.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...